Laporkan Penyalahgunaan

juwitajuwita.com

Inilah Sejarah Jam Gadang Bukittinggi

15 komentar

Jam Gadang Bukittinggi Tahun 2020 (Saat Pulang Kampung)

Jam Gadang sudah jadi icon paling dikenal ketika mengunjungi Bukittinggi. Jam Gadang memiliki daya tarik tersendiri saat orang berkunjung kesini. 

Jam Gadang sendiri merupakan nama dari menara jam yang terletak di pusat kota dan dijadikan salah satu destinasi wisata daerah ini. 

Sejarah dan Ukuran Jam Gadang Bukittinggi 

Pada tahun 2023 ini, Jam Gadang sudah mengalami banyak perubahan dari tahun awal dibangun. 

Jam besar ini memiliki denah dasar seluas 13 x 4 meter. Bagian dalam menara jam setinggi 26 meter ini terdiri dari beberapa tingkat, dengan tingkat teratas merupakan tempat penyimpanan  bandul. Bandul tersebut sempat patah hingga harus diganti pada saat gempa tahun 2007 lalu. 

Terdapat 4 jam. dengan diameter masing-masing 80 cm . Uniknya jam ini didatangkan langsung dari Rotterdam Belanda melalui Pelabuhan Teluk Bayur. Bahkan unit jam-nya hanya ada dua di dunia yaitu Jam ini dan Big Ben di Swiss.

Jam Gadang Bukittinggi Dari Masa Ke Masa 

Tahukah bahwa mesin jam dan permukaan jam terletak pada satu tingkat di bawah tingkat paling atas. Pada bagian lonceng tertera pabrik pembuat jam yaitu Vortmann Relinghausen. Vortman  adalah nama belakang pembuat jam, Benhard Vortmann, sedangkan Recklinghausen adalah nama kota di Jerman yang merupakan tempat diproduksinya mesin jam pada tahun 1892. 

Bangunan ini selesai dibangun pada tahun 1926 sebagai hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, sekretaris atau controleur Fort de Kock (sekarang Bukittinggi.

Arsitektur Jam Gadang ini adalah Yazid Rajo Mangkuto. Dimana peletakan batu pertama dilakukan oleh putra pertama Rook Maker yang pada saat itu masih berusia 6 tahun.

Sejak didirikan, menara jam ini telah mengalami tiga kali perubahan pada bentuk atapnya. Awal didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, atapnya berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya. 

Kemudian pada masa kependudukan Jepang diubah menjadi bentuk pagoda. 

Terakhir setelah Indonesia merdeka, atap pada Jam Gadang diubah menjadi bentuk gonjong atau atap pada rumah adat Minangkabau. 

Renovasi terakhir yang dilakukan pada tahun 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan dukungan pemerintah kota Bukittinggi dan Kedutaan Besar Belanda di Jakarta.

Kemudian pada saat pandemi, tempat ini kembali dilakukan renovasi. Tempatnya lebih cantik dengan berbagai hiasan air mancur dan beberapa sudut terdapat kursi untuk santai. 

Tak hanya itu, pemandangan jam gadang pada malam hari sangat indah dengan hiasan lampu warna-warninya.

Satu hal yang membuat rindu Jam Gadang adalah kesejukan dan dinginnya udara pagi menusuk hingga ke tulang. Masya Allah jadi kangen kampung halaman tercinta. 

Siapa yang sudah pernah kesini? Cerita yuk di kolom komentar. []

Juwita
Nama Lengkap saya Juwita Fajar Hari. Hampir familiar dengan nama Juwita. Saya seorang Full Ibu Rumah Tangga yang hingga 2022 masih diamanahi 4 orang anak. Saya perempuan berdarah Minang dan saat ini sedang berproses menjadi seorang blogger.

Related Posts

15 komentar

  1. Sayang saya belum pernah berkesempatan main ke daerah Bukittinggi. Selalu suka dengan pembahasan tempat-tempat bersejarah kayak gini. Terima kasih sharingnya, Kak.

    BalasHapus
  2. ya Allah, semoga suatu hari aku bisa jalan-jalan melihat Jam Gadang ini. Aku belum pernah ke Pulau Sumatera, btw.

    BalasHapus
  3. Semoga nanti dengan keluarga bisa berkunjung ke jam gadang...edisi jalan² dn q-time w/ family aamiin

    BalasHapus
  4. Baca ini jadi tambah pengen ke Padang 😍 dan berfoto di depan kebanggaan Sumatera ini 🥰sejarahnya juga ternyata sangat menarik dawn

    BalasHapus
  5. Salah satu impian nih foto bareng landmark di sono, jam gadang Bukittinggi punyaaa <3 bakal seneng banget pasti karena udah masuk bucketlist dari lamaa

    BalasHapus
  6. belum pernah mbak, sudah masuk wishing list lintas sumatera, baru sampai Riau, belum ke Sumatera lainnya

    BalasHapus
  7. Impian juga nih foto dengan latar Jam Gadang. Soalnya unik banget. Pantesan jadi salah satu ikon Indonesia, ya.

    BalasHapus
  8. Saya belum pernah lihat jam gadang secara langsung hix. Biasanya hanya melalui foto orang hehehe. Menarik ya ternyata kisah dibalik ikon Sumatra Barat ini. Mudah-mudahan nanti ada rezeki untuk ke sana langsung.

    BalasHapus
  9. Masyaa Allah. Pasti jam gadang indah di malam hari ya kan. Aku yang asli suku minang malah belum pernah ke sini. Karena saudara saudaraku sudah banyak di Medan dan Bogor.

    BalasHapus
  10. Aku belum pernah liat langsung jam gadang, jauh banget dari kotaku, tapi jam gadang ini termasuk salah satu jam yg menarik sih di dunia

    BalasHapus
  11. Mudah-mudahan ada kesempatan ke Padang, saya mau liat langsung jam gadang yang legend banget.

    BalasHapus
  12. Kalau ke Bukittinggi, Padang.. Jangan lupa untuk main dan berfoto di ikonik khas kota tersebut yakni Jam Gadang Bukittinggi. Sungguh indah dan menjadi ciri khas yang tak terlupakan bagi wisatawan.

    BalasHapus
  13. Orang Indonesia patut bangga dengan jam gadang bukittinggi karena termasuk barang langka, cuma di Indoneseia dan di Swiss. Semoga next time bisa jalan-jalan ke Bukittinggi.

    BalasHapus
  14. wah kalau berkesempatan ke Bukittinggi ini salah satu wisata yang wajib banget dikunjungi, estetik dan penuh nilai sejarah,

    BalasHapus
  15. Cantik ya mbak desain jam gadang ini. Belum pernah ke Bukittinggi nih, jadi pengin bisa jalan2 ke sana bareng keluarga. Pengin foto di jam gadang sebelum bisa ke jam satunya lagi, Big Ben.

    BalasHapus

Posting Komentar