Pengalaman kami hadapi anak tantrum. Sangat lama proses kami akhirnya paham bahwa tantrum (mengamuk) itu perlu kita hadapi bukan hindari. Saya dulu berpikir setiap anak mengamuk cukup berikan apa yang dirinya mau setelah itu semua selesai. Ternyata cara ini sangat keliru dan membuat emosional anak tidak seimbang..
Tantrum sebagai letupan kemarahan anak atau istilah sederhananya reaksi mengamuk bisa berupa melempar, menjerit, teriak, diam di tempat, lempar barang, memukul, berguling dan respon lainnya. Ini mereka lakukan sebagai aksi akibat keinginannya tidak terpenuhi atau terganggu dengan aktifitas yang sedang dia kerjakan.
Tantrum akan terlihat mulai usia 18-24 bulan.
Penyebab Anak Tantrum
Tantrum terjadi biasanya karena orang tua tidak konsisten dalam membersamai anak-anak. Orang tua tidak disiplin dengan sesuatu akhirnya anak-anak juga ikut. Ya saya akui banyak hal pengasuhan kami yang masih jauh dan masih menggunakan cara tradisional sehingga akhirnya anak mengamuk.
Diantara penyebab mereka mengamuk adalah
1. Biasanya dilakukan sebagai cara mengekspresikan amarah serta kecewa karena keinginan yang tidak terpenuhi.
2. Anak merasa bosan
Terlihat saat anak-anak bosan sementara kami asyik dengan kegiatan masing-masing. Untuk mencari perhatian makan mereka akan mengamuk.
3. Anak merasa lapar, lelah dan mengantuk.
Ya kadang tanpa kata kita sadari karena ketidakpekaan kita membuat anak-anak akhirnya mengamuk tidak jelas padahal alasannya sangat sederhana
5. Keterbatasan bahasa
Sangat wajar anak-anak mengamuk akibat mereka tidak bisa menyampaikan apa yang mereka inginkan. Masa-masa anak kami masih kecil dan belum jelas berbicara sering sekali alami reaksi mengamuk ini.
6. Anak-anak yang terbiasa dimanja dan dipenuhi semua kemauannya.
Ini sering sekali terlihat saat mereka transisi dari sakit ke sehat. Biasanya mereka akan mengamuk karena keinginannya tidak lagi dituruti.
8. Anak yang tidak pernah diberitahu perilaku mana yang baik dan buruk.
Saya akhirnya mendapatkan banyak sekali pelajaran dengan tantrum anak. Kami seperti disekolahkan oleh anak-anak dengan cara mereka. Biasanya dengan mereka tantrum kita semakin berpikir kenapa mereka seperti ini. Sering alasan mengamuk tersebut hanya hal-hal sepele.
Cara Kami Hadapi Anak Tantrum
Dari pengalaman-pengalaman ini akhirnya kami memiliki beberapa kesimpulan cara menghadapi anak jika tantrum:
Tetap tenang dan hindari mengamuk
Pernah saya mengamuk merespon anak saya. Tapi akhirnya saya sendiri yang kelelahan. Akhirnya suami nasehati agar bersikap tenang saja dan jangan mengamuk juga.
Kini setiap mereka-tantrum saya tetap akan tenang dan berusaha mengawasi mereka. Meski mereka mengamuk dengan cara apapun saya berusaha tenang dan kadang memeluknya.
Tapi saat mereka tidak bisa lagi dikendalikan biasanya saya akan mengeraskan suara dengan tegas menjelaskan bahwa apa yang mereka lakukan bukan suatu yang baik. Biasa setelah saya seperti itu mereka perlahan akan mulai diam meskipun terisak-isak.
Pengalaman Hadapi Anak Tantrum: Jangan Lagi Berikan Hadiah
Inilah kesalahan kami selama ini. Kami sering sekali mencari jalan pintas agar mereka tidak tantrum dengan mengajak jajan, memberikan handphone, menghidupkan laptop dan hadiah lain yang membuat mereka berhenti mengamuk. Tapi cara ini ternyata sangat salah. Akhirnya mereka sering mengamuk jika keinginan mereka tidak terwujud..
Bahkan tantrum-mereka jadikan senjata agar keinginan mereka terwujud..
Prioritaskan Keselamatan Anak dan Belajar Alihkan Perhatian Mereka
Pernah kami kaget dengan tantrum anak saat ke masjid. Awalnya saya sedikit panik. Cuma karena sudah terbiasa dengan gempuran ledakan emosi mereka. Saya mulai fokus pada anak bukan tatapan mata orang lain.
Karena saya memiliki 3 anak kecil dan jika salah satu mengamuk maka saya akan sulit jika harus menggendongnya. Apalagi jika yang mengamuk si kakak paling besar. Akhirnya si bayi di gendongan ikut menangis akibat saya harus menurunkannya dari gendongan. Tapi saya mulai belajar untuk tetap tenang saat hal ini terjadi di tempat umum. Biasa saya akan mengajak Kakak dan mengendong adik keluar.
Meskipun kakak tetap menangis biasa saya akan tetap mengajaknya keluar masjid tanpa kata. Sembari mengalihkan perhatian mereka. Bisa dengan melihat ikan di pekarangan masjid, melihat anak-anak berlari atau kegiatan lain yang membuat dia lupa.
Berat memang tapi akan terasa ringan jika kita sudah terbiasa. Saya sering meledek anak jika mereka sudah tantrum, "Umi mah dah kebal, silahkan mau mengamuk seperti apapun."
Ya, itulah beberapa pengalaman kami menghadapi anak-anak kami mengamuk. Meskipun tak semulus teori setidaknya dengan cara yang sesuai, yakinlah mengamuk mereka akan jadi cara memahamkan mereka mana perbuatan baik dan tidak baik.
Pasca mengamuk akan membuat mereka lebih tenang menghadapi banyak luapan emosi. Mengamuk tidak saja berdampak negatif tapi juga ada sisi positifnya. Jadi jika ini terjadi pada kita orang tua, maka pertama tenanglah mereka sedang berproses mendewasakan emosional mereka.
Jika respon kita salah maka akan berdampak pada ketidakseimbangan emosional mereka kelak dewasa. Maka wajar jika sebagian kita orang tua banyak yang memiliki emosional meledak-ledak. Penyebabnya karena dulu emosional mereka tidak tuntas tersampaikan.
Jadilah orang tua yang disiplin dalam mendidik mereka, jangan pelit memberikan pujian dan perhatian dan jadilah teladan yang baik buat anak-anak kita.
Semoga pengalaman kami hadapi anak tantrum bisa jadi sharing bermanfaat bagi para orang tua. Berdoalah terus agar Allah mudahkan. []
Memang jadi ortu harus tenang ya mba.
BalasHapusKlo anak.tantrum, ortu ga boleh ikut2an tantrum 😆
Saya setuju banget sama tulisannya mbak Juwita. Yang penting tenang, sabar, alihkan perhatian. Sabarnya itu yang butuh latihan ekstra. Haha
BalasHapusBener banget Mba. Lebaran tahun lalu saya pernah handle adik sepupu saya (beda 21 tahun hihihi) yang tantrum karena berantem dengan kakaknya. Karena nggak ada yang berani handle dia, akhirnya saat dia lagi ngamuk saya pisahkan dgn kakaknya, saya bawa dia ke dapur. Sambil pegang tangannya yang berontak, saya biarin aja dia nangis mengekspresikan emosinya. Pas udah agak tenang, dia langsung meluk saya, sambil saya usap2 punggungnya baru deh saya tanya kenapa dia marah.
BalasHapusNggak kebayang kalau anak lagi tantrum begitu yang handle juga ikutan "tantrum" alias ngebentak anak ya Mbak.
Tantrum ini kadangkala menjadi momok bagi orangtua ya mbak, apalagi kalau terjadinya di tempat umum. Kalau gak sabar ya udah deh, habis itu si anak kena marah balik ortu. Meskipun tips di atas prakteknya tidak mudah, tapi kalau dibiasakan insyaAllah anak akan terbiasa, dan lama2 akan berkurang kadar tantrumnya.
BalasHapusTantrum emang salah satu cara mereka untuk mengomunikasikan keinginannya yang kadang ngga terpenuhi. Istilahnya 'cari muka' hehehe. Aku pribadi lebih memilih mereka meluapkan semua emosinya dulu sih, dengan memberi waktu. Setelah reda baru deh kita ambil peran, bisa dengan mendengarkan, nego keinginannya atau apa gitu.
BalasHapussebelum tantrum juga kita harus antisiipasi Mbak. Apa kebutuhan dasar anak sudah terpenuhi? seperti bermain, makan, kasih sayangnya. penting briefing sblm berkegiatan juga. semangat para orang tua, semoga Allah mudahkan, aamiin.
BalasHapusYang PR gak pernah usai tuh kalau anak tantrum ibu ikut tantrum karena lelah. Duh rasanya ambyar semua teori soal parenting.
BalasHapusKayaknya mesti kesabaran yang tinggi nih, bisa jadi tips buat saya nanti kalau udah punya anak
BalasHapusBelum pernah dihadapi anak tabtrum, tapi denger curhatan temen susahnya saat anaknya tantrum itu ikut merasa empati. Ikut bingung juga ya, pasti mba juga merasa sedih dan bingung, Alhamdulillah mba hebat sudah melaluinya dengan baik
BalasHapusProses mencapai tenang saat menghadapi anak tantrum itu yang ngga gampang mba 😆
BalasHapusAku pun juga belajar banget. Apalagi kalau tantrumnya di tempat umum, tantangan banget
Keren Mba dari yang merasa kurang hingga akhirnya belajar dan berhasil menemukan pola menghadapi anak tantrum.
BalasHapusApalagi dengan 3 anak ya, mba. Maa shaa Allah banget.
Semua bisa dilalui dengan tenang dan berakhir damai. Bersikap tenang adalah kunci.
Setuju nih sama closing statement-nya disiplin dalam mendidik dan tidak pelit memberi pujian pada anak yang bisa diajak kerjasama.
Memberikan apa yang diinginkan si anak meski tidak penting itu justru bisa memupuk kebiasaan di anak ya. Bisa jadi lebih manja, dan menjadikan tantrumnya sebagai senjata untuk mengabulkan semua keinginannya. Sebagai orang tua kita harus bijak juga karena tidak semua keinginan anak dapat kita penuhi
BalasHapusNah iya kadang pas anak tantrum, orang tua juga harus kontrol emosi. Jangan sampai anak tantrum, ortunya juga marah-marah ke anak. Yang ada makin menjadi sih tantrum ya. Memang jadi orang tua perlu banyak belajar sih
BalasHapusHalo mom, salam kenal ya.
BalasHapusmakasih pol tipsnya, aku yang baru jadi ibu 5 bulan banyak belajar nih apalagi bayi kan cuma bisa nangis hehehe jadi harus paham betul maunya.
Dengan kesabaran dan tetap memohon kemudahan Allah, mendidik anak ini investasi untuk masa depan. Kerasa banget saat anak tantrum. Sampai sekarang kalau anak-anak berantem ((fase tantrum uda lewat)), juga kudu banget tetap memberikan kalimat santun agar anak-anak paham bahwa ada bahasa yang bisa digunakan untuk menyampaikan pesan alih-alih menggunakan nada yang tinggi dan membuat orang di sekitarnya merasa tidak nyaman.
BalasHapusFase tantrum itu tricky ya, dibalik tantrum ada kebingungan sang anak. Tugas orangtua berusaha mengerti dari sudut pandang anak. Anw, anak sulungku malah rada tantrum pas sd hadoh
BalasHapus